Masalah di Papua sangat kompleks dan rumit untuk di selesaikan, kehidupan sosial rakyat Papua pun tidak bersahabat dengan harapan yang di inginkan yakni kebebasan yang hakiki.
Harapan hidup pun sangat rendah, apalagi jumlah penduduk orang asli Papua sedang menurun secara drastis. Pembunuhan dan penjajahan semakin masif, terstruktur dan sistematis.
Demiliterisasi dalam dunia pendidikan juga di lakukan oleh penguasa yang berwatak kolonialistik. jika militer mengajar di setiap sekolah maka secara otomatis ideologisasi Pancasila akan ada dan akan tertanam dalam nalar berpikir anak didik tersebut. Niscayanya akan hilang nasionalisme Papua dan akan terhegemoni dalam sistem yang menjajah.
Operasi militer indonesia sangat gencar di seluruh teritori tanah Papua terutama wilayah di duga ada Organisasi Papua Merdeka (OPM) dan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNB). Jika dengan alasan yang tidak subjektif ini berarti perspektif Indonesia terhadap orang Papua sangat dangkal dan mentah.
Isue rasisme juga di jadikan sebagai tawaran politik pemekaran daerah otonomi baru (DOB) pelaku ujaran rasial hanya di vonis berapa bulan penjara, tetapi pelaku aksi spontanitas untuk memprotes rasisme tersebut di vonis penjara dengan waktu yang tidak di tentukan dan di kenakan pasal makar. Negara tidak memakai asas hukum yakni Quality before the law (pemberlakuan yang sama di Muka hukum ).
Pembentukan Komisi Kebenaran dan rekonsiliasi (KKR) dan pembentukan partai lokal amat telat, karena dana Otsus akan berakhir pada tahun 2021. Jika ada seligilintir elit politik berusaha hal-hal tersebut berarti indikasinya adalah akan tuntut ostus di lanjutkan (Otsus plus).
Untuk menyelesaikan konflik yang berkepanjangan ini secara komprehensif, adil, dan martabat. Perlu di lakukan musyawarah di setiap wilayah adat tujuannya untuk serap aspirasi dari masyarakat jelata dan yang kemudian hasil itu di jadikan sebagai acuan serta rekomendasi untuk menggelar Referendum secara demokratis dan sebagai solusi alternatif untuk meredam semua akar konflik di tanah papua.
Tanah air cinta mati
Taman Eden yang terhilang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar